Pengertian Konflik
Konflik diartikan sebuah proses sosial antara dua orang atau lebih dan berusaha menghancurkan pihak lain atau dibuat tak berdaya.
- Menurut Robert MZ Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana tujuan dari mereka berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga menundukkan saingannya.
- Menurut James W. vander Zanden, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan akan hak atas kekayaan, kekuasaan, status, atau wilayah tempat pihak yang saling berhadapan bertujuan untuk menetralkan, merugikan atau menyisihkan lawan mereka.
- Menurut Drs. Ariyono Suyono, konflik adalah proses keadaan di mana dua pihak berusaha mengagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
- Levis A. Coser, konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tujuan maksud menetralkan atau mencederai lawan.
- Gillin, konflik adalah interaksi sosial yang saling berlawanan.
- Menurut Soedjono Soekanto, konflik atau pertentangan ndalah suatu proses sosial di mana orang perorang atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Dalam konflik atau pertikaian biasanya muncul karena adanya perbedaa-perbedaan seperti jasmaniah, rohaniah, pandangan, perasaan dan kelakuan pribadi atau kelompok. Pertentangan bisa muncul karena perasaan benci, marah atau dendam karena ada perbedaan yang menyebabkan seseorang atau kelompok untuk menyerang atau menghancurkan.
Faktor Penyebab Konflik dalam Masyarakat
- Perbedaan antar individu. Misalnya perbedaan pendirian atau perbedaan pandangan.
- Perbedaan kebudayaan. Perbedaan ini dapat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku perorangan dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan.
- Perbedaan kepentingan. Bisa terjadi antara orang perorang atau kelompok misalnya kepentingan dalam ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.
- Perubahan sosial. Adanya peruabhan sosial yang terlalu cepat dalam masyarakat dapat menyebabkan timbulnya perubahan nilai-nilai dan norma-norma, juga menyebabkan perbedaan pendirian. Perbedaan-perbedaan ini dapat mendorong terjadinnya organisasi atau perpecahan.
Bentuk-Bentuk Konflik
Menurut Soerdjono Soekanto:
- Konflik Pribadi
- Konflik rasial
- Konflik antar kelas sosial
- Konflik politik
- Konflik Internasional
Menurut Levis A. Coser membedakan konflik dalam dua bentu, yaitu:
- Konflik realistis
- Konflik non-realistis
Jenis-jenis Konflik
- Berdasarkan sifatnya, dibedakan menjadi dua yaitu:
- Konflik destruktif
- Konflik konstruktif
- Berdasarkan posisi pelaku yang berkonfllik, dibedakan menjadi tiga yaitu
- Konflik vertikal
- Konflik horizontal
- Konflik diagonal
Segi Positif Konflik
- Dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas.
- Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai, serta hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
- Merupakan jalan mengurangi ketegangan antar individu atau kelompok
- Membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru
- Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat
- Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang mengalami konflik dan kelompok lain
- Memunculkan kompromi baru bila pihak-pihak berkekuatan seimbang
Segi Negatif Konflik
- Retaknya persatuan kelompok
- Perubahan kepribadian individu
- Hancurnya harta benda atau jatuhnya korban manusia
- Dominasi bahkan taklukan pihak-pihak yang berkonflik
- Ini terjadi apabila pihak-pihak yang berkonflik tidak seimbang, menyebabkan dominasi oleh satu pihak lawannya dan pihak yang kalah merasa takluk
Manfaat adanya Konflik
- Konflik dapat meningkatkan solidaritas kelompok, jiak suatu kelompok dengan kelompok luar, maka anggota-anggotanya itu bersatu karena merasa menghadapi musuh bersama
- Konflik dapat berfungsi menjadi alat pengubah sosial
Pemecahan Konflik
Usaha manusia untuk meredakan suatu pertikaian atau konflik untuk mencapai kestabilan dinamakan akomodasi
Bentuk-bentuk akomodasi:
- Genjatan Senjata, yaitu menanggalkan permusuhan untuk waktu tertentu
- Arbitrase, yaitu perselisihan dihentikan pihak ketiga dan kedua pihak menyetujui
- Konsiliasi, yaitu usaha mempertemukan keinginan pihak ketiga dan mencapai perdamaian
- Ajudikasi, yaitu penyelesaian perkara ke pengadilan
- Stalemate, yaitu pertentangan yang berhenri dengan sendirinya karena kekuatan yang sama
- Kompromi, yaitu kedua pihak yang bertentangan berusaha mencari penyelesaian
- Integrasi, pendapat yang bertentangan didiskusikan sampai mendapat keputusan yang memuaskan semua pihak
Kekerasan
Kekerasan adalah bentuk lanjutan dari sebuah konflik sosial. Secara sosiologis disebabkan ketika kelompok mengabaikan norma dan nilai.
Teori tentang Kekerasan
- Teori Faktor Individual. Faktor penyebab kekerasan adalah faktor pribadi (kelainan jiwa, seperti psikopat, frustasi kronis, pengaruh obat bius) dan faktor bersifat sosial (konflik rumah tangga, faktor budaya dan media massa).
- Teori Faktor Kelompok. Individu membentuk kelompok dengan mengedepanka identitias berdasar persamaan ras, agam dan etnik. Benturan antar identitas kelompok yang berbeda sering menjadi penyebab kekerasan. Contoh: kekerasan di Poso.
- Teori Dinamika Kelompok. Menurut teori ini kekerasan timbul karena adanya deprivasi relative (kehilangan rasa memiliki) yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat. Artinya, perubahan-perubahan sosial yang terjadi demikian cepat dalam sebuah masyarakat tidak mampu ditanggap dengan seimbang oleh sistem sosial dan nilai masyarakatnya. Contohnya masyarakat setempat yang menjadi terasing akibat pendatang yang begitu high tech. Perkembangan itu menyebabkan masyarakat setempat merasa terasing dan timbullah deprivasi relative yang berakhir dengan kekerasan atau perlawanan. Kekerasan massa tersebut disebabkan karena situasi sosial yang memungkinkan timmbulnya kerusahan akibat struktur sosial tertentu, lalau berkembang prasangka terhadap sasaran tertentu yang berkaitan dengan faktor pencetus/pemicu kerusuhan seperti nyani sindiran, ejekan, dan lain-lain, lalu ada mobilisasi massa untuk beraksi. Namun ini pun tergantung dari kontrol sosial para aparat keamanan untuk mengendalikan atau menghambat kerusuhan
- Teori Alternatif.
- Teori lingkungan sosial
- Teori individual
- Teori ideologi
Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan
Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat di dalam kehidupan setiap masyarakat. Ada tiga syarat agar konflik tidak berakhir dengan kekerasan:
- Setiap kelompok yang terlibat konflik harus menyadari akan adanya situasi konflik di antar mereka. Mereka berusaha melaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur.
- Ada pengendalian konflik berupa terorganisasinya kekuatan sosial yang bertentangan.
- Mematuhi aturan main tertentu yang telah disepakati bersama
Padan umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik dalam tubuhnya. Beberapa ahli menyebutnya safety valve yaitu suatu mekanisme khususu yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik.
Secara umum ada tiga bentuk pengendalian konflik yaitu:
- Konsiliasi, melalui lembaga yang otonom
- Mediasi, kedua pihak yang bertikai menunjuk pihak ketiga sebagai mediator memberi pemikiran atau nasehat tentang cara menyelesaikan pertentangan diantara mereka tanpa kehilangan muka
- Arbitrase, kedua pihak yang konflik sepakat menerima atau terpaksa menerima keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik
Ada juga pengendalian konflik yang lain seperti: memberi perhatian salah satu pihak yang konflik dengan menyuap, memakai wasit
Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Jadi integrasi adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat hingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur tersebut meliputi: perbedaan keduduka sosial, ras, etnik, agama, bahasa dan kebiasaan sistem nilai dan norma.
Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur kemasyarakatan yang termasuk nilai-nilai, norma dan pranata sosialnya.
Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
- Integrasi Normatif, akibat adanya norma yang berlaku di masyarakat seperti prinsip Bhineka Tunggal Ika
- Integrasi Fungsional, terbentuk karena fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Misalnya suku bugis yang suka melaut difungsikan sebagai penyedia hasil-hasil laut.
- Integrasi Koersif, terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa, dalam hal ini pengausa melakukan cara-cara kekerasan (koersif).
Proses-proses Integrasi
Asimilasi, suatu proses yang ditandai dengan mengurangiu perbedaan diantara individu dan kelompok dalam masyarakat saat itu setiap anggota akan hilang dan melebur menjadi satu kesatuan dengan memperhatikan tujuan bersama.
Akulturasi, menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Proses sosial itu akan berlangsung sampai kebudayaan asing itu diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri, tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan sendiri
Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial
- Toleransi
- Kesempatan seimbang dalam ekonomi
- Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya
- Sikap dari golongan berkuasa
- Persamaan dalam unsur kebudayaan
- Perkawinan campuran (amalgamation)
- Ada musuh bersama dari luar
No comments:
Post a Comment