Apabila ingin membicarakan perkembangan bahasa Indonesia,
maka harus dibicarakan pula bahasa Melayu sebagai sumber (akar) bahasa
Indonesia yang dipergunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melay yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan
Nusantara melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu, salah satu rumpun dari Bahasa Austronesia,
adalah bahasa yang dipakai oleh penduduk asli gugusan pulau-pulau di antara
benua Afrika dan Amerika, yaitu berbatas ke sebelah barat dengan Pulau
Madagaskar, ke timur dengan Pulau Paas, ke utara dengan Pulau Taiwa, dan ke
selatan dengan Selandia Baru. Pemakaian bahasa Melayu tertua dapat diketahui
dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan Raja Sriwijaya pada abad ke-7. Prasasti-prasasti
tersebut, antara lain:
- 1. Prasasti Kedukan Bukit 683 M
- 2. Prasasti Talang Tuo 684 M
- 3. Prasasti Kota Kapur 686 M
- 4. Prasasti Karang Brahi 692 M
Semua prasasti tersebut ditulis dengan huruf Pallawa. Hal
ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu, dalam bentuk bahasa Melayu Kuno, sudah
digunakan sebagai alat komunikasi pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Banyaknya
prasasti dari kerajaan lain yang menggunakan bahasa Sanskerta pada abad ke-5,
serta kemajuan dunia perdagangan yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia dengan
bangsa India dan Cina menunjukkan bahwa perkembangan bahasa Melayu dipengaruhi
oleh bahasa India dan bahasa Cina.
Berdasarkan petunjuk-petunjuk lainnya, dapat dikemukakan
bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu berfungsi sebagai berikut.
- Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan hidup dan sastra.
- Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) antarsuku di Indonesia.
- Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan, terutama di sepanjang pantai, baik bagi suku yang ada di Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang dari luar Indonesia.
- Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan.
Peristiwa-Peristiwa Penting yang Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa Melayu
Perkembangan bahasa Indonesia sejak 1928 merupakan
pengembangan bahasa nasional Indonesia. Selain bertujuan memantapka bahasa itu
sendiri, bahasa Indonesi juga dipakai sebagai alat perjuangan untuk mencapai
Indonesia merdeka. Tahun-tahun penting yang menentukan sejarah perkembangan
bahasa Melayu atau Indonesia dapat diperinci sebagai berikut.
- Pada tahun1901 disusun ejaan resmi bahasa melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsen dan dimuat dalam kitab logat Melayu.
- Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku bacaan yang diberi nama Commisie voor de Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat), kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Buku-buku terbitan Balai Pustaka menggunakan bahasa Melayu sehingga secara tidak langsung ikut menyebarkan bahasa Melayu ke masyarakat.
- Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal tersebut para pemuda Indonesia memancangkan tonggak yang teguh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
- Pada tahun 1933 secara resmi berdiri angkatan sastra muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sultan Takdir Alisjahbana dan kawan-kawan. Mereka mengadakan pengembangan, pembinaan dan penyebarluasan penggunaan bahasa Indonesia melalui media majalah Poejangga Baro. Hal ini sesuai dengan tujuan utama mereka, “memajukan bahasa dan budaya Indonesia”.
- Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Putusannya adalah bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan saat itu
- Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-Undang Dasar 1945. Pada pasal 36 UUD 1945 bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
- Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
- Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 memutuskan bahwa bangsa Indonesia bertekad untuk terus menyempurnakan bahasa Indonesia yang ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara itu.
- Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato kenegaraan dalam sidang DPR, yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun1957.
- Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.
- Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda ke-50 ini memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia. Kongres tersebut memutuskan untuk terus berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
- Kongres Bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada 21 – 26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar dapat tercapai semaksimal mungkin sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
- Kongres Bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 3 November 1988. Kongres ini dihadiri oleh sekitar tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara dan peserta tamu dari negara-negara sahabat. Ko ngres ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pecinta bahasa di Nusantara, yakni berupa Kamus Besar Bahas Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
- Kongres Bahasa Indonesia VI diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa Indonesia dan 53 peserta tamu undangan dari mancanegara. Kongres ini mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-undang Bahasa Indonesia.
- Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut
- Keanggotaannya terdiri atas tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.
- Tugasnya ialah mem berikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahsa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
- Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14-17 Oktober 2003
No comments:
Post a Comment