Sunday 5 June 2016

Kerajaan Kalingga

Lokasi Kerajaan 


Belum ditemukan sumber tertulis untuk menerangkan tentang kerajaan ini, tetapi banyak sumber asing yang memberikan keterangan dengan lebih jelas tentang kerajaan tersebut. Sumber tersebut, misalnya dari berita Cina yang menyebutkan tentang adanya Kerajaan Kaling. Diperkirakan nama Kaling (Ho-Ling) berhubungan dengan nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kaling ada Po-li (Bali), di sebelah barat  Kaling terdapat To-po-teng (Sumatera). Sedangkan di sebelah utara Kaling terdapat Chen-La (Kamboja) dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera. Oleh karena itu, Kaling diperkirakan terletak di Jawa Tengah. Hal ini diperkuat dengan adanya nama wilayah Keling di Kecamatan Keling, sebelah utara Gunung Muria, Jepara, Jawa Tengah.

Berita Cina menyebutkan bahwa Ho-Ling yang terletak di lautan selatan berasal dari tahun 640. Berita ini juga menyebutkan bahwa wilayah kerajaan ini tanahnya sangat subur, mempunyai sumber air asin, dan rakyatnya hidup makmur dan tenteram. Keadaan kota Kalingga pada waktu itu dikelilingi pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat ditutup dengan atap, dan tempat dduk sang raja berupa peterana gading. Disebutkan pula, sejak tahun 674, rakyat Kerajaan Kaling diperintah oleh seorang ratu bernama Ratu Sima yang tegas dalam menegakkan hukum.

Bukti Sejarah

Candi
  • Candi Angin
  • Candi Bubrah
Prasasti
  • Prasasti Tukmas
  • Prasasti Sojomerto
  • Prasasti Upit

Catatan Lokal

Perlu dicatat bahwa pada masa pemerintahan Ratu Sima, di Ho-ling telah ada seorang pendeta agama Buddha yang termashyur bernama Jnanabhadra. Dia telah membantu seorang pendeta Cina, Hwi-ning (664-666) dalam menerjemahkan kitab suci agama Buddha, Varinirvana dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina. Hal ini berarti bahwa setidak-tidaknya kedua pendeta itu dapat berdiskusi dalam satu bahasa yang mereka kuasai bersama, di samping bahwa Sanskerta.

Cerita Parahyangan

Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Ratu Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.

Kehidupan Politik

Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Kalingga diperintah oleh seorang raja putri (?) yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras tetapi adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat dengan segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat  kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya.

Keadaan seperti ini ingin dibuktikan oleh raja dari Kerajaan Ta-Che yang mengirim mata-mata untuk membuktikan kebenaran dari berita itu. Mata-mata tersebut meletakkan kantong emas di pinggir jalan dekat dengan pasar. Ternyata kurang lebih tiga tahun tidak ada yang berani menyentuh kantong emas tersebut dan mengambilnya. Sehingga pada suatu ketika, Ratu Sima bersama putra mahkota dan diiringi oleh pejabat-pejabat kerajaan mengadakan perjalanan untuk melihat dari dekat keadaan dan kehidupan masyarakatnya. Namun tanpa sengaja putra mahkota tersandung kantong emas sampai terjatuh. Melihat kenyataan itu, Ratu Sima sangat marah dan memerintahkan untuk menjatuhkan hukuman mati kepada putra mahkota. Tetapi berkat nasehat para pejabat istana yang menyatakan putra mahkota tidak bersalah, maka hukuman mati diurungkan. Putra mahkota tetap dijatuhi hukuman dengan memotong jari kakinya yang menyentuh kantong tersebut. Melihat kenyataan itu, Raja Ta-Che mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Kalingga?
 

Kemunduran

Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran karena serangan Sriwijaya yang hendak menguasai perdagangan. Serangan tersebut mengakibatkan Kerajaan Kaling menyingkir ke Jawa Timur atau mundur ke pedalaman Jawa Tengah antara tahun 742-755.

 Pertanyaan yang belum tuntas .....
Apa aksara yang digunakan di masa Kerajaan Kalingga?
Apakah ada bukti-bukti sejarah mengenai Kerajaan Kalingga?
Apakah ada pengaruh Islam yang menjamah Kerajaan Kalingga?
Seperti apa kerajinan, arsitektur, karya seni yang dibuat pada masa Kerajaan Kalingga?
Bagaimana perilaku khas yang ditunjukkan mata-mata yang dikirim raja dari Ta-Che?
Kok bisa sih Kerajaan Ta-Che tahu Kerajaan Kalingga dan dapat berinteraksi dengan mereka?
Dan
masih
berlanjut

No comments:

Post a Comment