Saturday 2 March 2019

Krisis Yunani dan Larinya Modal Asing

Mengapa negara kecil seperti Yunani mampu menimbulkan keuangan besar. Padahal Yunani hanyalah sebuah negara kecil dengan populasi 11 juta orang. Kalau dilihat lagi faktanya, secara keseluruhan, keuangan pemerintah negara-negara Eropa masih kuat. Dengan kekuatan itu, Eropa sebenarnya masih mampu menghadapi masalah hutang fiskal yunani, yang besarnya hanya 2 persen dari keseluruhan GDP Eropa. Tapi pada kenyataannya, mereka tidak sanggup. Justru sebaliknya, Eropa nyaris ambruk dan kepanikan dirasakan di Amerika, Asia hingga Indonesia.

Krisis Yunani menyebabkan masa depan Uni Eropa berada dalam relung ketidakpastian. Krisis merambat dari Yunani, Portugal, Spanyol hingga dataran Eropa. Hal-hal ini menunjukkan resiko yang meningkat pada negara-negara tersebut. Bank-bank di Eropa dihadapkan pada kerugian, harga saham anjlok, dan nilai tukar Euro turun drastis. Pasar saham dan obligasi meleleh dalam hitungan detik. Saat saham dan obligasi dijual besar-besaran (fire sell off), apa yang terjadi? Kepanikan dan ketakutan.

Pasar keuangan dunia anjlok, pinjaman bank turun, optimismme akan bangkitnya ekonomi kolaps bagai rumah kartu yang rapuh dan ekonomi Eropa tenggelam ke dasar lautan.

Yunani memang kecil, tapi saat krisis fiskal bergulir menjadi krisis kepercayaan, krisis Yunani menjadi sistemik (?). Maka yunani perlu di-ball out. Kepentingan berbagai pihak pemilik modal sama, jangan sampai krisis ini pun menimbulkan kepanikan yang semakin meluas. pemerintah negara-negara Eropa pun menyepakati paket bail out untuk menyelamatkan Yunani, sebesar 750 milliar Euro, atau sekitar 1 trilliun dollar AS. Paket itu didukung oleh IMF dan Amerika Serikat. Jacob Kirkegaard (siapa?) menyebut paket ini dengan istilah "grand bargain", atau obral besar-besaran untuk menyelamatkan Eropa.

Tujuan utama bail out itu memang bukan semata menyelamatkan Yunani, tapi emncegah berlanjutnya kepanikan keuangan yang merontokkan ekonomi dunia Yunani.

Pasca bail out, apakah masalah Yunani selesai? dan apakah krisis Yunani berdampak pada Indonesia? banyak pendapat mengatakan bahwa fundamental ekonomi indonesia masih kuat. Namun, Tak dapat dipungkiri, krisis yunani dampaknya dirasakan pula oleh ekonomi Indonesia. Indeks harga saham gabungan bursa efek Indonesia turun, lebih rendah dari tahun 2009. Nilai tukar rupiah mengalami tekanan demi tekanan, dan perekonomian juga merasakan tekanan tersebut. Adanya persepsi dan sentimen negatif adalah ancaman yang paling berat bagi ekonomi kita, karena selama ini ekonomi indonesia relatif rentan dengan sentimen negatif. Faktor global juga mempengaruhi aliran modal.Yaitu beberapa jumlah arus modal portfolio meningkat.

oleh karenanya, kita harus berhati-hati dalam menyikapi krisis yunani, karena perekonomian indonesia relatif rentan terhadap persepsi dan sentimen negatif pasar. Meski secara fundamental membaik, kita tidak boleh menganggap remeh urusan persepsi dan sentimen.

Masalah Yunani masih jauh dari usai. Malah bisa jadi lebih buruk. Banyak pengamat memperkirakan bahwa yunani seharusnya sudah bangkrut. bail out memang diberikan, namun ia masih menyimpan banyak masalah. Yunani diwajibkan untuk memotong pengeluaran dan menaikkan pajak. Spanyol juga memotong gaji pegawai negeri sebesar 5 persen. dan negara-negara eropa terkena dampak memotong anggaran kesejahteraan mereka. Ujungnya, hal tesebut akan berakibat pada keresahan dan guncangan sosial.

Bail out hanyalah upaya sementara menghindari panik. Tapi keresahan dan kerusuhan di jalan-jalan yunani terus berlangsung. Sampai kapan? Sampai mana dampaknya? Dalam menyikap hal ini, Indonesia perlu membangun garis-garis pertahanan, khsuusnya dalam menghadapi pembalikan arus modal untuk menyikap krisis Yunani.

No comments:

Post a Comment