Masyarakat Multikultural dan Multikulturalisme
Secara sederhana masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang terdiri dari berbagai golongan, suku, etnis (suku bangsa), ras, agama, dan budaya. Mereka hidup bersama dalam suatu wilayah lokal maupun nasional.
Keanekaragaman dalam masyarakat multikultural memiliki beberapa karakteristik. menurut Pierre L. Van den Berg karakteristik keberagaman tersebut adalah sebagai berikut:
- Terjadinya segmentasi atau pembagian ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
- Memiliki struktur sosial yang terbagi-agi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer (tidak saling melengkapi).
- Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) di antara anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.
- Secara relatif, seringkali terjadi konflik antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
- Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan dalam bidang ekonomi.
- Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.
Multikuturalisme tidak hanya bermakna kergaman tapi bermakna kesederajatan antar perbedaan yang ada. Tak ada norma dan budaya yang lebih tinggi daripada yang lain. Jadi, masyarakat majemuk lebih menitikberatkan pada keanekaragaman suku dan budaya sementara masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan, kesederajatan kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat.
Multikutural menuntut masyrakat untuk hidup penuh toleransi, saling pengertian antar budaya dan antar bangsa dalam membina suatu dunia baru. Dengan demikian, multikulturalisme dapat menyumbangkan rasa cinta terhadao sesama dan sebagai alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera.
Faktor yang Memengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural
Menurut Tilaar, sekurang-kurangnya ada tiga hal yang mendorong berkembang pesatnya pemikiran multikulturalisme, yaitu:
- HAM
- Globalisasi
- Demokratisasi
Ketiga hal itu diibaratkan sebagai segitiga sama sisi yang tidak dapat dipisah-pisahkan. HAM merujuk pada pengakuan setiap manusia it sama. Masyarakat dan negara pun harus menjamin hak dan kewajiban setiap warga negara.
Namun dalam kenyataannya, idealisme masyarakat multikultural menghadai berbagai hambatan. Berikut ini beberapa hambatan tersebut:
- Menganggap budaya sendiri paling baik. Pengakuan terhadap budaya sendiri yang berlebihan dan kecintaan pada diri sendiri atau kelompok disebut narsisme budaya.
- Pertentangan budaya barat dan timur.
- Pluralisme dianggap sebagai sesuatu yang eksotis. Ini banyak dianut oleh pengamat barat. Mereka memandang budaya lain memiliki sifat eksotis, dan menarik perhatian bukan sebagai budaya yang memiliki kekhasan yang berbeda dengan budayanya.
- Pandangan yang paternalistik. Hingga saat ini banyak memandang status perempuan sebagai sesuatu yang minor dan disubordinasi dari peran laki-laki.
- Mencari apa yang disebut indigenous culture, yaitu mencari sesuatu yang dianggap asli. Seperti penanaman gedung-gedung memakai nama dalam bahasa sansekaerta. Kerjasama internasional tidak mengharamkan penggunaan unsur budaya lain.
- Pandangan negatif penduduk asli terhadap orang asing yang dapat berbicara mengenai kebudayaan penduduk asli.
Realitas Masyarakat Indonesia
Pengelompokan Masyarakat Indonesia
Menurut Hildred Geertz bahwa Indonesia memiliki 300 suku bangsa yang berbeda-beda. Menurut STA memperkirakan ada 200-250 suku bangsa, menurut Skinere ada lebih dari 35 suku bangsa. Selain suku bangsa masyarakat juga terdiri atas bahasa dan agama yang berbeda-beda, juga kelas sosial juga banyaknya pendatang.
Ada beberapa faktor yang mendorong keberagaman masyarakat Indonesia
- Keadaan geografis Indonesia. Nenek moyang Indonesia berasal dari Yunan, suatu wilayah Tiongkok bagian selatan, menyebar mendiami 13.000 pulau, dalam keadaan geografis yang terpisah-pisah.
- Pengaruh kebudayaan asing, terletak di posisi silang. Memiliki daya tarik untuk singgah dan menetap di Indonesia, menyebarkan agama dan berinteraksi dengan penduduk lokal terjadila amalgamasi dan asimilasi kebudayaan
- Iklim yang berbeda. Membentuk pola-pola perilaku dan sistem mata pencaharian yang berbeda-beda.
- Pembangunan. Kemajuan dan industrialisasi menghasilkan kelas-kelas sosial yang didasarkan pada aspek-aspek ekonomi.
Realitas sosial dan budaya di Indonesia menghasilkan karakter-karakter masyarakat yang berbeda-beda. Ada masyarakat yang terbuka. Berdasarkan kondisi tersebut, kita dapat membedakan masyarakat Indonesia dalam beberapa kategori
- Ditinjau dari sikap perilaku terhadap masyarakat lain, masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat eksklusif dan masyarakat inklusif
- Masyarakat eksklusif, masyarakat yang takut terhadap pengaruh budaya lain yang mereka anggap dapat merusak budayanya, terutama hal kepercayaan, agama dan perkawinan.
- Masyarakat inklusif, cenderung mudah berhubungan dengan masyarakat lain.
- Ditinjau dari sikapnya terhadap perubahan, masyarakat terdiri dari masyarakat konservatif dan modern
- Masyarakat konservatif, masyarakat yang tak suka perubahan karena menganggap kebudayaannya telah sempurna.
- Masyarakat modern, masyarakat yang cenderung menyukai perubahan sesuai kebutuhan yang semakin kompleks dan berkembang.
- Ditinjau dari lokalitas, masyarakat Indonesia dibagi atas masyarakat desa dan kota
- Masyarakat desa sering diartikan sebagai masyarakat yang tradisional/primitif. Pandangan ini kurang tepat karena masyarakat desa adalah masyarakat yang tingal di teritori tertentu yang biasanya disebut masyarakat setempat (community). Ciri-ciri masyarakat desa
- Anggota komunitas kecil
- Hubungan individu kekeluargaan
- Sistim kepemimpinan informal
- Ketergantungan pada alam tinggi
- Religius magis
- Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi
- Kontrol sosial antar warga kuat
- Hubungan pemimpin warga bersifat informal
- Pembagian kerja tak tegas dan belum ada spesialisasi
- Patuh terhadap nilai dan norma di desanya
- Tingkat mobilitas sosial rendah
- Masyarakat kota, umumnya memiliki ciri-ciri
- Pola pikir rasional
- Bersifat individualis
- Masyarakat cenderung sekuler
- Mata pencaharian bergama
- Sangat menghargai spesialisasi yang langka berdasarkan manfaat
- Menjadikan kita sebagai pusat kegiatan ekonomi, politik, pendidikan
- Ditinjau dari mata pencaharian penduduknya, masyarakat Indonesia terdiri dari pertanian, nelayan dan masyarakat industri
- Masyarakat pertanian, sebagian besar petani. Masyarakat pertanian dapat dikategorikan dalam fase-fase dari
- Masyarakat meramu dan mengumpulkan makanan
- Masyarakat ladang berpindah
- Masyarakat bercocok tanam menetap
- Masyarakat nelayan, umumnya hanya memiliki alat-alat sederhana.
- Masyarakat Industri, spesialisasi pekerjaan dihargai dan semakin dihormati, semakin spesialisasi smakin masyarakat menghargainya, Tingkat persaingan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan dan tinggi pula mobilitasnya.
- Ditinjau dari segi perubahan, terdiri dari masyarakat tradisional dan modern.
- Masyarakat tradisional, memegang teguh tradisi leluhurnya berupa nilai hidup, norma, harapan, cita-cita dsb. Cenderung tertutup, dan curiga pada unsur asing, tergantung pada alam, alam merupakan alat vital, seperti dalam "Seserahan", pada perkawinan berupa pakaian, perhiasan dan hasil bumi pada keluarga wanita
- Masyarakat modern, masyarakay ini telah mengalami transformasi pengetahuan dan teknologi, juga merasakan tingkat perekonomian yang tinggi. Namun pengertian modern sangat luas, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Bersikap terbuka terhadap hal-hal baru
- Menerima perubahan secara kritis
- Peka terhadap masalah lingkungan
- Berorientasi masa kini dan yang akan datang
- Menggunakan perencanaan dalam tindakan
- Yakin pada manfaat IPTEK
- Menghormati HAM
- Tidak tergantung pada nasib
- Senantiasa memiliki indormasi lengkap tentang pendiriannya
- Yakin pada potensinya dan dikembangkan.
Dari kenyataan tersebut, kita katakan bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah masyarakat yang nasionalnya mempersatuikan beraneka ragam masyarakat dan kebudayaan dalam sebuah bangsa dalam warga negara.
Dinamika Masyarakat Indonesia
Sejara perkembangan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa potensi konflik antar berbagai kelompok masyarakat di Indonesia cukuplah besar, Bahkan di berbagai daerah, potensi itu muncul dalam berbagai bentuk kekerasan yang berakibat pada kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia. Konflik tersebut karena harga diri dari kebanggan kelompok terusik; perbedaan pendirian atau sikap; perbedaan kebudayaan, setiap etnis, benturan kepentingan (politik, ekonomi, kekuasaan) perubahan yang terjadi terlalu cepat sehingga keseimbangan terganggu.
Mewujudkan Masyarakat Multikultural
Menurut Bales, ada tiga tahap pemecahan masalah, yaitu:
- Tahap Orientasi. Dalam tahap ini anggota kelompok bertanya dan saling memberi informasi hingga terhindar pemahaman yang keliru.
- Tahap Evaluasi. Tiap anggota kelompok membahas informasi dan saling bertukar pendapat hingga terjadi keterbukaan dan muncul alternatif baru untuk memecahkan masalah.
- Tahap Kontrol. Para anggota kelompok menyarankan untuk mencari jalan keluar untuk mencapai suatu kesimpulan akhir.
Manfaat Masyarakat Multikultural
- Melalui hubungan harmonis, antar masyarakat dapat digali kearifan budaya
- Munculnya penghargaan terhadap budaya lain hingga memunculkan toleransi
- Merupakan benteng pertahanan terhadap budaya kapital yang cenderung melumpuhkan budaya yang beragam. Paham kapitalisme cenderung diskriminatif
- Multikulturalisme merupakan alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera. Bangsa-bangsa duduk bersama untuk saling bantu pemecahan masalah.
- Multikulturalisme mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli oleh satu orang atau kelompok saja tapi kebenaran itu ada di mana-mana. Dengan saling mengenal dan menghargai budaya orang lain, tercipta kehidupan yang penuh toleransi untuk terciptanya masyarakat yang aman dan sejahtera
Konsekuensi Masyarakat Multikultural
- Interseksi
Interseksi adalah titik perporotongan atau pertemuan atau persilangan antara dua garis atau dua ara, interseksi merupakan persialngan atau pertemuan keanggotaan kelompok sosial dari berbagai sektor baik berupa suku, agama, jenis kelamin, kelas sosial dan lain-lain dalam masyarakat majemuk
- Konsolidasi
Konsolidasi merupakan penguatan atau peneguhan anggota individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial melalui tumpang tindih keanggotaan. Tumpang tindih terjadi misalnya antar suku dan agama, suku dan pekerjaan, suku dengan kelas sosial sebagai identitas suku bangsa tertentu dengan pekerjaan tertentu.
Struktur sosial yang terkonsolidasi berfungsi menghambat terjadinya penguatan identitas dalam batas-batas tertentu yang akan mempertajam prasangka antara ras, suku, agama yang berbeda. Prasanga semakin tajam dengan perbedaan peluang dalam kesempatan ekonomi dan politik
- Mutual Akulturasi
Mutual akulturasi didahului dengan interseksi yang berjalan terus menerus hingga timbul rasa menyukai secara sadar dan tidak hingga individu masyaraat tersebut mengikuti dan menggunakan perwujudan kebudayaan lain. Contohnya: model pakaian, gaya bangunan, pergaulan sehari-hari, dan sebagainya.
- Primordialisme
Adalah suatu pandangan atau paham yang memegang teguh hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat, kepercayaan dibawa sejak kecil baik mengenal tradisi, adat, kepercayaan maupun segala sesuatu yang ada dalam lingkungan pertama-nya sehingga membentuk sikap tertentu.
Faktor-faktor penyebab primordialisme:
- Ada sesuatu yang dianggap istimewa pada ras, suku bangsa, agama dan daerah kelahirannya
- Sikap ingin mempertahankan keutuhan kelompok atau komunitas dari ancaman luar
- Adanya nilai-nilai yang dijunjun tinggi karena berkaitan dengan keyakinan. Misalnya: nilai keagamaan, falsafah hidup dan lain-lain.
- Stereotipe etnis
manusia baik secara individu maupun kelompok sosialnya memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasikan dirinya dengan suku bangsa tertentu. Hal ini menimbulkan perasaan subjektif di mana gambaran itu terkadang lebih bersifat ke arah negatif daripada positif.
- Politik aliran (sectarian)
Konsep sektarian ini pertama kali dikemukakan Clifford Geertz (1964) dalam kajiannya di Mojokauto, Pare, Jawa Timur ada tiga golongan masyarakat yaitu priyayi, santri dan abangan,
Dari pemikiran Geertz ini, Herbert Feith (1980) kemudian menjabarkan ada lima politik aliran politik di Indonesia yaitu:
- Pemikiran politik yang dipengaruhi campuran hindu, tradisionalisme jawa, Islam serta barat ke dalam ideologi komunisme
- nasionalisme radikal
- sosialisme
- Islam
- Tradisionalisme jawa
- Pluralisme dan nasionalisme
Proses awal perkembangan nasionalisme di Indonesia dilihat dengan munculnya gerakan emansipasi wanita, Kongres pemuda pertama, Budi Utomo, Gerakan Jawa Muda, gerakan pribumi, kongres kebudayaan dan sumpah pemuda
No comments:
Post a Comment