Wednesday, 26 April 2017

Dasar Kurikulum Berkarakter

Dalam bahasa latin kurikulum berarti "lapangan pertandingan" yaitu aren tempat peserta didik berari untuk mencapai finish. Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan. Bila ditelusuri ternyata kuriklum mempunyai berbagai macam arti yaitu:

  • Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran
  • Pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah
  • Rencana belajar siswa
Menurut UU No. 2 Tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pelajaran, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Banyak pendapat mengenai arti kurikulum. Namun, inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah pengelaman kehidupan

Program Kurikulum Pendidikan

  • Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah "leer plan". Dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran, atau lebih populer dengan istilah curriculum. Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis, dan orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional, Asas pendidikan yang ditetapkan yakni Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
  • Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. "Silabus mata pelajarannya jelas sekali seorang guru mengajar satu mata pelajaran," kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan) dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
  • Kurikulum 1968
Kelahirak Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja," katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tept diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
  • Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. "Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu" kata Drs. Mudjito, Ak, Msi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
  • Kurikulum 1984
  • Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
  • Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi. Setiap pelajaran diurai berdasarkan kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum (sumber: depdiknas.go.id)
  • KTSP 2006   
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah kurikulum tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan roses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah memiliki banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol dalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa setra kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan Kerangka Dasar, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus, dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota

Pengertian Kurikulum

Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang dari satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya tahun 1850.

Jadi dengan "kurikulum" dimaksud jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kerta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. "Kurikulum" juga berarti "chariot" semacam kerta pacu pada zaman dahulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari "start" sampai "finish". Di saping penggunaan kurikulum semula dalam bidag olahraga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.

Di Indonesia istilah "kurikulum" boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah "rencana pelajaran" pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.

Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan. Para ahli-ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah yang lebih luas.

Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin selalu memperbaiki.

Selain itu yang mempengaruhi perubahan dari makna atau arti kurikulum adalah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

Di sampin itu banyak timbul pendapat-pendapat baru, tentang hakikat dan perkembangan anak, cara belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan yang memaksa diadakannya perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah proses yang tak hentinya yang harus dilakukan secara kontinu.

Namun, mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah, praktik di sekolah senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan suatu yang aneh. Bila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setalah 50 sampai 75 tahun kemudian,

Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbullah berbagai macam definisi kurikulum, sehingga semakin sukar memastikan apakah sebanarnya kurikulum itu. Akhirnya setiap guru harus menentukan sendiri apakah kurikulum itu baginya. Pengertian yang dianut seseorang akan mempengaruhi belajar mengajar dalam kelas maupun di luar kelas.

Di bawah ini beberapa kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum

  1. J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku "Curriculum, planning for better teaching and learning" (1956). Menjelaskan kurikulum sebagai berikut "Segala usaha untuk mempengaruhi pelajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau sekolah termasuk kurikulum.
  2. Harold B. Albertycs dalam "Reorganizing the high school curriculum" (1965). Memandang kurikulum sebagai "all school". Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah.
  3. B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harjan Shores. Memandang kurikulum sebagai "A sequence of potential experience set up in the school for the purpose of discipling children and youth in group ways of thinking and acting". Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
  4. William B. Ragan dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) mejelaskan arti kurikulum sebagai berikut: Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
  5. J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya Secondary School Improvement (1973) juga menganut definisi kurikulum yang luas. Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga kita peroleh penggolongan sebagai berikut
  1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembangan kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.
  2. Kurikulum dapat dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya.
  3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa yakni pengetahuan, sikap, dan keterampulan tertentu.
  4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaa dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada setiap siswa.

Saturday, 15 April 2017

Kurikulum S1 Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2016/2017

  1. Semester 1
    • Bahasa Arab
    • Bahasa Inggris
    • Matematika Dasar
    • Pancasila
    • Pendidikan Akhlak
    • Pengantar Akuntansi
    • Pengantar Ilmu Sosial
    • Qur'an Hadis
  2. Semester 2
    • Bahasa Indonesia
    • Geografi Lingkungan Fisik dan Manusia
    • Pengantar Studi Islam
    • Praktikum Pajak
    • Sejarah Indonesia Lama
    • Teori Ekonomi Mikro
  3. Semester 3
    • Administrasi Pendidikan
    • Geografi Regional Indonesia
    • Geologi
    • Islam dan Ilmu Pengetahuan
    • Kewirausahaan
    • Pengantar Manajemen
    • Praktikum Qiraat
    • Sejarah Indonesia Madya
    • Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan
  4. Semester 4
    • Geografi Regional Dunia
    • Kartografi
    • Kurikulum dan Pembelajaran
    • Praktikum Ibadah
    • Praktikum Pajak
    • Psikologi Pendidikan
    • Sejarah Indonesia Baru
    • Sosiologi Agama
    • Strategi Pembelajaran IPS
    • Teori Ekonomi Makro
  5. Semester 5
    • Bank dan Lembaga Keuangan Lain
    • Ekonomi Islam
    • Evaluasi Pembelajaran IPS
    • Kependudukan dan Lingkungan Hidup
    • Klimatologi
    • Media Pembelajaran IPS
    • Sejarah Dunia
    • Sosiologi-Antropologi Pembangunan
    • Statistik Pendidikan
  6. Semester 6
    • Antropologi Kesehatan
    • Antropologi Sosial Budaya
    • Ekonomi Koperasi
    • Ekonomi Moneter
    • Geografi Asia Tenggara
    • Metode Penelitian Pendidikan
    • Patologi Sosial
    • Perencanaan Pembelajaran IPS
    • Telaah Kurikulum IPS
    • Teori Sosiologi
  7. Semester 7
    • Ekonomi Internasional
    • Ekonomi Pembangunan
    • Geografi Desa dan Kota
    • Pengajaran Mikro
    • Pengembangan Profesi Keguruan
    • Sistem Informasi Geografi
    • Sistem Sosial Budaya Indonesia
    • Teori Antropologi
  8. Semester 8
    • Skripsi

Saturday, 8 April 2017

Konsep dan Hakikat Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), dimana didalamnya terdapat metode-metode yang akan dilaksanakan disesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada sekolah dan peseta didik itu sendiri. Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. 

Seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan yang juga mengakibatkan adanya perkembangan dalam dunia pendidikan maka muncul banyak sekali pijakan yang dapat digunakan oleh guru dan juga macam strategi yang dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Maka dikenal berbagai teori pendidikan seperti teori behavioristik, kontruktivisme dan sibernetik. Bahkan masih lebih banyak dari itu. Sehingga dibutuhkan cara untuk menyusun sebuah strategi yang sistematis terhadap bermacam-macam metode pembelajaran supaya proses pembelajaran berlangsung secara maksimal.

Namun, dalam menggunakan sebuah metode sebagai strategi, seharusnya diperlukan sebuah standar yang menjaga kualitas pengajaran agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Bab I pasal 1 ayat 6 telah menetapkan Standar Proses Pendidikan yang sesuai. Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi. Standar proses pendidikan yang dimaksud, berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu, dalam lingkup secara nasional.

Fungsi-fungsi Standar proses Pendidikan, antara lain : sebagai alat dalam pencapaian tujuan pendidikan. Bagi guru, sebagai pedoman dalam membuat perencanaan program pembelajaran. Bagi kepala sekolah sebagai barometer keberhasilan program pendidikan yang ada di sekolah, serta sumber utama dalam merumuskan kebijakan. Bagi para pengawas, sebagai patokan, ukuran, pedoman dalam penilaian.

Pengertian Strategi Pembelajaran

Makna Strategi
Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan“ago” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratos berarti merencanakan (to plan). Dalam kamus The American Herritage Dictionary (1997: 1273) dikemukakan bahwa Startegi is the science or art of ‘military command as applied to overall planning and conduct of large-scale combat operations. Selanjutnya dikemukakkan pula bahwa stategi adalah the art or skill of using stratagems (a military manuvre design to deceive or surprise an enemy) in politics, business, courtship, or the like.

Semakin luasnya penerapan strategi,, Mintzberg dan Weters (1983) mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies and realized as patterns in stream of decision or action). Hardy, Langley, dan Rose dalam Sudjana (1986) mengemukakan strategy is perceived as a plan or a set of explisit intention precceding and controling action (strategi dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatann, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

Makna Pembelajaran
Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara ektif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada  suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuanyang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan kepercayaan dan sikap pada peserta didik.

Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputu kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.

Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk mencapai kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dengan istilah strategi pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, menurut J.R.David dalam Sanjaya “strategi diartikan sebagai a plan method, or series of designed to achieves a particular educational goal. Jadi dari sini dapat dipahami bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pembelajaran dalam pemahaman ini adalah sebagai upaya untuk membelajarkan pebelajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari hasil belajar akan terjadi suatu bukti terjadinya perubahan, pengetahuan, dan sikap yang merupakan kriteria pembelajaran.

Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya dari uraian-uraian diatas dapat dipahami pengunaan strategi pembelajaran ini digunakan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan itu secara efektik dan efisien sehingga dapat dikuasai oleh peserta didik. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi  pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian/kegiatan)  termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka harus menentukan strategi apa yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia di sekolah tersebut. Ada banyak pengertian strategi pembelajaran dikemukakan oleh beberapa ahli khususnya yang berkenaan dengan strategi pembelajaran. Untuk itu agar dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang makna pengertian strategi pembelajaran seperti pendapat dari para ahli,diantaranya akan dipaparkan sebagai berikut:
  1. Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikansebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
  2. Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
  3. Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan pembelajaran yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
  4. Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya  harus dapat dipraktekan.
  5. Sedangkan menurut Kemp (1995) dalam Sanjaya, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 7  Hal ini sejalan dengan istilah strategi dalam konteks kegiatan pembelajaran menurut Raka Joni (1980) dalam Halimah, mengandung arti  “sebagai pola umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang bertujuan sebagai kerangka acuan (frame of reference) untuk pemahaman yang lebih baik, yang pada gilirannya untuk dapat memilih secara tepat serta menggunakan secara lebih efektif di dalam penciptaan system belajar mengajar”. Sedangkan menurut Romiszosky (1981) strategi pembelajaran mengandung makna, yaitu untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dengan memilih metode-metode yang dapat mengembangkan siswa secara lebih efektif.
  6. Strategi pembelajaran diartikan oleh Abizar (1995) dalam Syafaruddin yaitu sebagai pandangan yang bersifat umum serta arah umum dari tindakan untuk menentukan metode yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran, merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunaka oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai/dikuasai pada akhir kegiatan belajar secara efektif dan efesien.

Menurut Mansur (1991) terdapat empat konsep dasar strategi pembelajaran:

  • Mengidentifikasikan serta menetapkan tingkah laku dari kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
  • Mempertimbangkan dan memilih sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat.
  • Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belaajr mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
  • Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secarakeseluruhan.



Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Pengertian Belajar

Belajar, hemat saya adalah cara pengaktualisasi jati diri yang terjadi dengan penyesuaian tingkah laku agar dapat mengembangkan kemampuan, (kognitif, afektif dan psikomotor), minat dan bakat.

Benyamin S. Bloom (1956) mengemukakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
  • Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
      • ·        Pengetahuan (Knowledge).
      • ·        Pemahaman (Comprehension).
      • ·        Penerapan (Aplication)
      • ·        Penguraian (Analysis).
      • ·        Memadukan (Synthesis).
      • ·        Penilaian (Evaluation).

  •  Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
      • ·        Penerimaan (receiving/attending)
      • ·        Sambutan (responding)
      • ·        Penilaian (valuing).
      • ·        Pengorganisasian (organization).
      • ·        Karakterisasi (characterization)


  •  Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
      • ·        Kesiapan (set)
      • ·        Meniru (imitation)
      • ·        Membiasakan (habitual)
      • ·        Adaptasi (adaption)


Pengertian Pembelajaran

Secara umum pengertian pembelajaran adalah upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang sedemikian rupa dengan maksud supaya di samping tercipta proses belajar juga sekaligus supaya proses belajar menjadi lebih efesien dan efektif. Itulah sebabnya Darsono, (2000: 24) mengemukakan bahwa pengertian pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Adapun pengertian pembelajaran menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.



Daftar Pustaka 
http://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/pengertian-belajar-dan-pengertian.html